Ekonom Ungkap Alasan Perbankan Syariah Lebih Liat di Tengah Pandemi

29 May 2021 News

Daya tahan perbankan syariah lebih baik daripada perbankan konvensional. Ada beberapa alasan perbankan syariah tahan banting selama pandemi COVID-19.

“Perbankan syariah lebih resisten terhadap shock-shock yang terjadi di masyarakat,” kata Chief of Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Banjaran Surya Indrastomo, dalam konferensi pers virtual, Kamis 27 Mei 2021.

Untuk selengkapnya dapat dilihat di link ini.

Komentar:
Perbankan syariah pada saat suku bunga pada level rendah dan cenderung menurun memang cenderung mempunyai kinerja yang baik. Produk pembiayaan di bank syariah kebanyakan adalah yang disebut dengan Murabaha, yang pada bank biasa ekivalen dengan pinjaman Fixed rate jangka panjang, Pada produk ini, bank membeli aset, lalu diberikan marjin, lalu “dijual” pada debitur dengan cicilan bulan tetap. Secara efektif, bank ada dalam posisi “lending long” dan “funding short”, istilah teknis nya adalah Rerising Gap negatif. Pada kondisi ini, apabila suku bunga pasar menurun, maka NIM (Net interest Margin” akan meningkat, dan bank diuntungkan, karena tetap memperoleh bunga relatif tinggi, sedang biaya dana nya menurun mengikuti bunga pasar. Apabila nanti saatnya Covid sudah bisa diatasi, dan ekonomi pulih, biasa nya bunga pasar akan merangkak naik seiring meningkat nya inflasi dan permintaan kredit dari perusahaan. Pada saat ini akan terjadi sebaliknya, bank syariah akan dirugikan akibat kenaikan suku bunga pasar, kecuali untuk bank syariah yang sudah menerapkan manajemen risiko pasar banking book, atau yang disebut dengan: manajemen aktiva passiva.